Dear diary, hari ini aku...
sumber |
Kalimat pembuka itu yang selalu kutulis sejak jaman sekolah dulu hingga kini, namun tidak setiap hari. Seringnya aku hanya menulis jika ada hal yang menurutku penting. Seperti saat ada teman yang baru saja ditembak oleh gebetannya, misalnya.
Sangat sederhana, bahkan tidak ada sangkut pautnya denganku. Tapi bagiku itu memori yang harus diabadikan, walaupun hanya ditulis di buku harian kecil bergambar beruang, dengan latarnya yang berwarna biru. Karena di kemudian hari, ketika aku membacanya lagi, memori itu akan tergambar nyata dalam pikiranku. Seperti sekarang ini.
Aku sedang membaca buku harian SMA dulu. Kali ini bukunya berwarna coklat muda polos. Ada satu cerita yang paling menarik perhatianku,
Rabu 16 Februari 2000.
Dear diary, hari ini aku mau bercerita tentang apa yang aku alami dua hari lalu.
Di hari itu, cowok yang aku suka menyatakan perasaannya, sayangnya bukan padaku. Sesaat setelah jam istirahat berbunyi, dia menghampiri bangku yang ada di belakangku, tempat duduk Marni.
"Aku suka sama kamu Marni. Kamu mau ga jadi pacarku?"
Kelas yang ramai dengan riuhan anak-anak yang sedang membahas mau jajan apa di kantin, tiba-tiba hening, sampai si Anto berteriak, "Oy! Si Andi nembak Marni. Ciee".
Wajah mereka berdua tiba-tiba memerah, aku melihatnya dengan mata kepala sendiri, jelas sekali. Ingin rasanya aku pergi ke kamar mandi, menangisi apa yang baru saja kulihat.
Oh ternyata Andi baik padaku cuma karena kami teman? Aku sudah ge-er keterlaluan gara-gara dia sering menawariku pulang bareng dia naik motor. Ya aku terlalu ge-er, padahal kan rumah kami memang searah.
Yang lebih menyebalkan lagi, kenapa si Andi pake nembak di tanggal 14 Februari sih? Karena itu hari kasih sayang? Alay! T_T Ingin kuteriak di depan mukanyaaaa!!!
SELAMA INI GUE DI FRIEND-ZONE YA AMPUN!!! :'(
Ya Tuhan, semoga hal seperti ini tidak terjadi lagi padaku. Aamiin~
Aku menyeringai, tidak percaya dengan apa yang kubaca. Sealay inikah aku? Akupun tersenyum kecil setelah mengingat kembali salah satu momen yang sempat membuatku menderita beberapa minggu itu.
Eh, tunggu! Kenapa ada tulisan kecil di bawah kalimat terakhir? Aku merasa tidak pernah menulisnya.
Kugososok-gosok mataku, takutnya aku salah lihat. Tapi tulisan itu tetap ada di sana. Kucoba buka halaman yang lainnya secara acak. Di setiap kalimat terakhir cerita, selalu ada kalimat yang sama.
"Mau memperbaiki cerita bersamaku?"
Apa maksudnya ini? Mana mungkin bisa memperbaiki hal yang ada di masa lalu kan?
Seketika halaman demi halaman buku harianku terbuka dengan sendirinya, seperti ada angin yang berhembus kencang, dan aku merasa mengantuk.
"Din! Dinda! Bangun ih!" Seseorang menepuk-nepuk bahuku.
"Hmm.. Apa? Ada apa?"
"Ke kantin yuk! Gurunya ga masuk kelas kok. Aku lapar nih belum sarapan."
"Eh? Kantin? Mirna?"
"Aku Krisdayanti! Iyalah Mirna. Kamu ngelindur? Ini masih pagi tau."