Tentang Cinta & Benci

"Cintailah kekasih kamu sekedarnya (tidak berlebihan) karena bisa suatu waktu jadi musuhmu. Sebaliknya, bencilah musuh kamu sekedarnya (tidak berlebihan) karena bisa jadi suatu waktu menjadi kekasihmu”. (Ali bin Abi Thalib)

Cinta. Siapa yang tak kenal dia? Bukan! Bukan Cinta Laura. Cinta yang satu ini cinta yang bisa memabukan. Semua orang yang mabuk cinta bisa buta, buta karena cintanya sendiri. Kenapa bisa? Karena mereka terlalu berlebihan.

Ada yang menjelaskan bahwa jika kita sedang jatuh cinta, setidaknya ada lima hormon yang bekerja. Hormon-hormon itulah yang menyebabkan kita bahagia bahkan bisa sampai lupa diri ketika jatuh cinta.

Jatuh cinta tidak dilarang, karena Allah memang membuat manusia memiliki rasa cinta. Tapi jangan berlebihan. Kita jangan mau menjadi korban cinta buta, seperti Ade Sarah yang harus terbunuh karena sang mantan pacar yang dulu mencintainya berubah menjadi benci padanya, cuma gara-gara gak mau diajak ketemuan. Naudzubillah...

Janganlah terlalu melebih-lebihkan sesuatu, apalagi hal itu belum pasti. Seperti kebanyakan remaja jaman sekarang yang udah berani bilang “Aku cinta sehidup semati sama kamu” atau “You are the last and forever” ke pacarnya di social media. Iya kalau memang Allah menghendaki mereka berjodoh, kalau nggak? Banyak dari mereka yang menjelek-jelekan mantan pacarnya sendiri, padahal kemarin baru aja bilang cinta mati. Apa ga malu?

Jadi sebaiknya wajar aja. Ga perlu sampai mengumbar gombalan kalau belum halal, apalagi di ruang publik.

Selain rasa cinta, kita juga pasti mempunyai rasa benci kepada seseorang. Saking bencinya, tanpa disadari mungkin kita sampai membicarakan keburukannya kepada orang lain agar ikut membenci orang yang kita benci itu. Karena sering mencari-cari keburukannya, lama-lama kita mengetahui segala sesuatunya dan akhirnya jatuh cinta. Seperti cerita si Agus dan Rina ini.


Agus yang tahu kalau Rina dekat dengan kakak kelas, bilang ke teman-teman seangkatannya kalau Rina pernah di ajak ke tempat nongkrong anak-anak nakal dan diajak melakukan hal-hal yang melanggar aturan dan norma agama maupun kehidupan. Tapi karena belum ada bukti, Agus terus mencari tahu apa saja yang dilakukan Rina bersama kakak kelas tersebut.

Ternyata Rina dan kakak-kakak kelas memang pergi ke tempat yang biasa dipakai anak-anak nakal untuk nongkrong. Tetapi bukan untuk ikut nongkrong, melainkan mengingatkan dan menyuruh untuk segera pulang ke rumah masing-masing, daripada ngobrol gak jelas. Kalau bisa sholat dzuhur berjama'ah dulu di sekolah.

Agus yang mengetahui hal itu, perasaannya berubah 180 derajat. Dia jadi kagum kepada kakak kelasnya yang ternyata anak-anak rohis, terutama pada Rina. Padahal Rina berperilaku tomboy dan tidak berjilbab. Tapi dia berani mengingatkan anak-anak yang menurut Agus seharusnya menjadi teman-teman Rina karena dandanan dan perilakunya.

Hilang sudah rasa benci Agus, perasaan kagumnya pada Rina semakin hari berubah menjadi perasaan cinta. Tanpa disadarinya, dia tak lagi membicarakan hal-hal jelek tentang Rina, dia megubah pembicaraannya menjadi perilaku baik Rina. Tapi dia tak berani mengakui perasaannya itu pada teman-temannya, apalagi pada sosok yang dicintainya, Rina.

Mau bilang cinta, malu sama omongan sendiri dan takut dirinya diomongin sama orang lain. Mau terus pura-pura, tersiksa. Dan akhirnya si dia keburu diambil orang. Sakit? Ya pasti.


Makanya janganlah suka berlebihan dalam hal apapun, apalagi dalam perasaan. Pacarmu masih menjadi milik orang tuanya, belum sah menjadi milikmu seutuhnya.

2 comments:

  1. Wah, benar nih. ._.
    Manatahu kan, ntar jadi 'Benci-Benci Cinta.' Eyaaak. Haha.

    ReplyDelete