Jepang

Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Jepang terdiri dari 6.852 pulau. Pulau-pulau utama di Jepang ada 4 yaitu Hokkaido di utara, Honshu (merupakan pulau terbesar), Shikoku dan Kyushu di selatan.

Sebagian besar pulau Jepang bergunung-gunung (sebagian besar gunung berapi). Gunung tertinggi di Jepang adalah gunung Fuji. Jepang berada pada pringkat ke-10 penduduk terbanyak didunia, yaitu sekitar 128 juta orang. Ibu kota Jepang adalah Tokyo.

Walaupun Jepang negara maju, namun sisi tradisional masih terus dilestarikan hingga sekarang, dikarenakan masyarakatnya mencintai kebudayaannya sendiri dan mau menjaganya (andai semua orang Indonesia seperti ini). Berikut ini adalah beberapa dari berbagai macam kebudayaan Jepang yang masih terus ada hingga saat ini :

1. Matsuri
Matsuri adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan untuk Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan atau hari libur perayaan.

2. Origami
Origami adalah sebuah seni lipat yang berasal dari Jepang. Bahan yang digunakan adalah kertas atau kain yang biasanya berbentuk persegi. Origami biasa dibuat dengan kertas lokal Jepang yang disebut Washi.
Washi atau Wagami adalah sejenis kertas yang dibuat dengan metode tradisional di Jepang. Washi dianggap mempunyai tekstur yang indah, tipis tapi kuat dan tahan lama jika dibandingkan dengan jenis kertas lain.
Di Jepang, washi juga merupakan bahan uang kertas sehingga uang kertas yen terkenal kuat dan tidak mudah lusuh.

3. Sudoku
Sudoku (Number Place atau Nanpure), adalah sejenis teka-teki logika. Tujuannya adalah untuk mengisikan angka-angka dari 1 sampai 9 ke dalam jaring-jaring 9×9 yang terdiri dari 9 kotak 3×3 tanpa ada angka yang berulang di satu baris, kolom atau kotak.
Nama “Sudoku” adalah singkatan bahasa Jepang dari “Suuji wa dokushin ni kagiru” artinya “angka-angkanya harus tetap tunggal”.

4. Kabuki
Kabuki adalah sebuah bentuk teater klasik yang mengalami evolusi pada awal abad ke-17. Ciri khasnya berupa irama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh para aktor, kostum yang super-mewah, make-up yang mencolok (kumadori), serta penggunaan peralatan mekanis untuk mencapai efek-efek khusus di panggung.
Kebanyakan lakon mengambil tema masa abad pertengahan atau zaman Edo, dan semua aktor, sekalipun yang memainkan peranan sebagai wanita, adalah pria.

5. Upacara Minum Teh
Upacara minum teh (sado atau chado) adalah tata-cara yang diatur sangat halus dan teliti untuk menghidangkan dan minum teh hijau matcha (dalam bentuk bubuk).
Upacara ini merupakan rangkaian seni yang mendalam yang membutuhkan pengetahuan yang luas dan kepekaan yang sangat halus. Ini juga menjajaki tujuan hidup dan mendorong timbulnya apresiasi terhadap alam.

6. Seni Merangkai Bunga
Seni merangkai bunga Jepang (ikebana), yang mengalami evolusi di Jepang selama tujuh abad, berasal dari sajian bunga Budhis di masa awalnya.
Seni ini berbeda dengan penggunaan bunga yang murni bersifat dekoratif saja, karena setiap unsur dari sebuah karya ikebana dipilih secara sangat cermat termasuk bahan tanaman, wadah di mana ranting dan bunga akan ditempatkan, serta keterkaitan ranting-ranting dengan wadahnya dan ruang di sekitarnya.

7. Hanami
Hanami (hana wo miru = melihat bunga) atau ohanami adalah tradisi Jepang dalam menikmati keindahan bunga, khususnya bunga sakura. Selain itu, hanami juga berarti piknik dengan menggelar tikar untuk pesta makan- makan di bawah pohon sakura.

8. Kimono
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang. Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf “T”, mirip mantel berlengan panjang dan berkerah.
Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut/pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan kimono adalah zōri atau geta.
Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Anak-anak mengenakan kimono ketika menghadiri perayaan Shichi- Go-San.
Selain itu, kimono dikenakan pekerja bidang industri jasa dan pariwisata, pelayan wanita rumah makan tradisional (ryōtei) dan pegawai penginapan tradisional (ryokan).

dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment