Tak Ada Arti

"Seperti yang kamu tau, Papa gak setuju sama kamu."

Jawabannya itu selalu berputar-putar di pikiranku saat kutanya alasan kenapa dia jalan berdua dengan salah satu teman sekelas kami. Kaget. Itu yang aku rasakan saat pertama kali mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya.

Iya aku tahu, memang ayahnya tak setuju aku mendekati anak gadis satu-satunya itu. Tapi apa arti hubungan yang telah kami bangun dari semester tiga sampai sudah setahun lulus dari kuliah sekarang ini, jika dia akhirnya mengikuti perkataan ayahnya?

Entah apa yang harus aku lakukan, ini membingungkan. Apa aku harus memohon pada ayahnya agar merestui hubunganku dengannya? Tapi apalah artinya aku memohon, nyatanya dia sudah menjalani hubungan dengan yang lain, padahal belum ada kata pisah di antara kami. Karena kurang puas dengan alasannya yang pertama, besoknya aku bertanya lagi kenapa.

Dia menjawab, “Aku mau yang pasti, yang bisa membahagiakan aku, setidaknya di dunia.”

Duarrr...

Jadi apa artinya kami pulang dan pergi bareng setiap hari? Apa arti pengorbananku tak tidur sampai pagi demi membantunya mengerjakan skripsi? Tak ada arti apa-apa dimatanya.

Aku, seonggok manusia tak ada arti.

---
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

2 comments: